Boku Dake ga Inai Machi (Bokumachi) menyebutkan seputar Satoru Fujinuma, seorang mangaka kurang tenar yang mempunyai sifat tertutup dan cenderung menjaga jarak kepada orang lain. Padahal seperti itu, dia mempunyai tenaga supranatural berupa kecakapan untuk mencegah kematian orang lain dengan melompati waktu. Di Jepang, manga Boku Dake ga Inai Machi berhasil masuk ke dalam finalis penghargaan tahunan manga Taishou di tahun 2014 dan 2015 untuk golongan manga pendatang baru.
Masuk ke dalam anime yang dihelat sebagai “kuda hitam” (setidaknya di sebagian website dan di segelintir media sosial), Boku Dake ga Inai Machi seolah dipersepsikan akan memberi narasi yang berbeda dari anime-anime ketika ini yang cenderung tak terlalu mengkhawatirkan narasi. Dunia berputar di sekeliling Satoru, penonton diajak untuk menyelami bagaimana Satoru terjebak dalam kasus-kasus kriminalitas di sekelilingnya (ingat Antasari Azhar?), kemudian penonton diajak untuk merasakan emosional Satoru, serta mengamati apa inti dari “percaya” yang hakekatnya.
Review Anime: Boku Dake ga Inai Machi / ERASED
Padahal pihak redaksi sudah berupaya sebaik mungkin dalam menjalankan progres editing, review ini mengandung spoiler ataupun mendetail yang bisa memengaruhi pengetahuan seseorang akan jalan cerita anime ini secara signifikan. Bacalah dengan kehati-hatian.
Lihat Anime Terbaru Lainnya di : Film Anime Terupdate The Seven Deadly Sins Bakal Tayang di Netflix
Premis “percaya” dan “yakin” yakni premis yang berputar, setidaknya di paruh pertama anime ini. Satoru percaya bahwa dirinya tak percaya, percaya bahwa Airi, sahabat kerja paruh waktunya, mempunyai niat yang berlapang dada untuk membantunya, dan percaya bahwa Kayo, sahabat sekelas Satoru yang menjadi korban kekerasan oleh keluarganya, dapat hidup dengan bersuka cita. Pun Satoru percaya bahwa dia dapat bertumpu dengan pak guru tempatnya menyimpan kemauan. Di sisi lain, Satoru yakni seorang penyendiri; sepanjang cerita manuvernya menyelamatkan Kayo (dan orang lain) yakni perbuatan yang dikerjakannya sendiri dan kalau saja Satoru tak dihambat oleh sahabat dan ibunya sendiri, mungkin Satoru telah berperilaku irasional.
Perhitungan Satoru dalam mencegah kematian sahabat-sahabatnya tentu disadari oleh pak guru. Segera premis cerita yang tadinya ialah rasa “percaya” dan “yakin” berubah sempurna. Mendadak Akutagawa masuk ke dalam cerita ini, ditandai dengan hadirnya Kumo no Ito (benang laba-laba), kisah legendaris bagaimana seorang penjahat yang sudah banyak berdosa, dijanjikan untuk masuk surga sebab kebaikannya kepada seekor laba-laba cuma untuk kemudian menghilangkan hal hal yang demikian sesudah mengamati orang lain turut memanjat di bawahnya, meniru pendakiannya.
Jalan cerita berubah menjadi aneh. Cerita melompat, tiba-tiba relasi Satoru dan pak guru (yang kemudian dikenal mempunyai sosok amat signifikan) berubah dari sekedar guru dan murid menjadi apa yang dapat disebut seperti relasi cinta-benci antara Sherlock Holmes dan Moriarty. Premis “percaya” yang tadinya berperan sentral justru bergeser menjadi premis asisten dan seolah cuma timbul di akhir sebagai adegan “gotcha”. Kekerabatan Satoru – Kayo yang amat sentral pada dua pertiga seri ini tiba-tiba dipecahkan dalam durasi kurang dari satu menit. Cerita tiba-tiba berubah menjadi relasi Satoru – pak guru dengan perumpamaan Kumo no Ito yang terasa dipaksakan. Entah kebetulan atau tak, Moriarty yakni seorang akademisi (profesor), seperti itu pula dengan pak guru.
Susah untuk tak menerapkan perandaian Sherlock-Moriarty. Progres build-up adegan-adegan yang menandakan keintiman Satoru dan pak guru, mulai dari alangkah Satoru diperbolehkan hidup hingga akhir hingga adegan lompatnya Satoru, rasa-rasanya amat susah untuk tak menyamakannya dengan episode terakhir musim kedua Sherlock. Bagaimanapun, episode terakhir Ranpo Kitan yang notabene mempunyai konsep sama seperti The Abominable Bride-nya Sherlock sama sekali tak terasa yang satu menjiplak yang lain. Premis “identitas yang tak akan mati” dalam Ranpo Kitan konsisten bisa dirasakan saat seseorang menonton The Abominable Bride tanpa merasa terganggu atau mengingat-ngingat lagi Ranpo Kitan dan seperti itu pula sebaliknya.
Di luar problem besar dengan alur cerita hal yang demikian, Boku Dake ga Inai Machi dapat dikatakan sanggup mempersembahkan tontonan yang ditunggu tiap-tiap pekan. Terlepas dari lompatnya narasi yang cukup mengganggu hal yang demikian, siapa saja dapat merasakan Boku Dake ga Inai Machi dengan bagus dan menontonnya bersama sahabat atau keluarga.